Akidah Akhlak Kelas XI BAB 4

Unduh Materi Akidah Akhlak Kelas XI BAB 4 MAPK Al Hidayah




Materi Pembelajaran: Meneladani Abdurrahman bin Auf: Pengusaha Muslim Teladan


Pendahuluan: Mengapa Kita Perlu Mengenal Abdurrahman bin Auf?

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Sahabat-sahabatku yang dirahmati Allah, hari ini kita akan menyelami kisah luar biasa dari salah satu sosok paling inspiratif dalam sejarah Islam: Abdurrahman bin Auf. Beliau bukanlah sekadar sahabat Nabi Muhammad SAW biasa, tapi juga seorang pengusaha ulung, dermawan tiada tara, dan pribadi yang sangat takut kepada Allah meskipun hartanya melimpah ruah.

Mengenal Abdurrahman bin Auf bukan hanya tentang sejarah, tapi tentang menemukan inspirasi. Bagaimana seseorang bisa menjadi sangat kaya, namun tetap rendah hati dan sangat dermawan? Bagaimana beliau menyeimbangkan dunia dan akhirat dengan begitu sempurna? Mari kita temukan jawabannya bersama!


I. Abdurrahman bin Auf: Dari Kegelapan Menuju Cahaya Islam

  • Nama Lengkap dan Asal: Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf Az-Zuhri. Beliau berasal dari Bani Zuhrah, salah satu kabilah terpandang di Mekah.
  • Awal Keislaman: Beliau termasuk As-Sabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang pertama yang memeluk Islam. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sebelum Nabi Muhammad SAW bersembunyi di Darul Arqam. Ini menunjukkan betapa kuatnya keimanan beliau sejak awal.
  • Ujian dan Keteguhan: Seperti sahabat-sahabat Nabi lainnya, Abdurrahman bin Auf juga merasakan pahitnya siksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy karena keislamannya. Namun, hal itu tidak sedikit pun menggoyahkan imannya.

II. Hijrah dan Kemandirian Luar Biasa

Ketika situasi di Mekah semakin tidak kondusif, Abdurrahman bin Auf ikut serta dalam Hijrah ke Madinah. Di sanalah terjadi peristiwa monumental:

  • Persaudaraan (Muakhah) Ansar dan Muhajirin: Nabi Muhammad SAW mempersaudarakan kaum Muhajirin (pendatang dari Mekah) dengan kaum Ansar (penduduk asli Madinah). Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan seorang Ansar yang sangat dermawan bernama Sa'ad bin Ar-Rabi'.
  • Tawaran Harta dan Istri: Sa'ad bin Ar-Rabi' dengan tulus menawarkan untuk membagi dua seluruh hartanya, bahkan menceraikan salah satu istrinya agar bisa dinikahi Abdurrahman bin Auf. Sebuah bentuk persaudaraan yang tak terbayangkan!
  • Penolakan yang Menginspirasi: Dengan sopan, Abdurrahman bin Auf menolak tawaran itu. Beliau berkata, "Semoga Allah memberkahimu dan keluargamu. Cukup tunjukkan padaku di mana pasar!"
    • Pelajaran: Inilah kunci pertama keteladanan beliau. Abdurrahman bin Auf tidak ingin menjadi beban, apalagi meminta-minta. Beliau memiliki harga diri, kemandirian, dan etos kerja yang tinggi. Beliau tahu, rezeki harus dicari dengan keringat dan usaha, bukan dengan belas kasihan.

III. Pengusaha Sukses yang Berkah

Dengan modal seadanya (ada riwayat mengatakan hanya modal ghee dan keju), Abdurrahman bin Auf pergi ke pasar Madinah.

  • Keuletan dan Kejujuran: Beliau memulai bisnis dari nol, berdagang dengan kejujuran dan keuletan luar biasa. Beliau tidak pernah menipu, tidak pernah mengurangi timbangan, dan selalu menjaga amanah. Ini adalah fondasi keberkahannya.
  • Berkah yang Melimpah Ruah: Allah SWT membalas kejujuran dan ketekunannya dengan keberkahan yang luar biasa. Bisnisnya berkembang pesat dalam waktu singkat. "Apapun yang aku sentuh, pasti menjadi emas," begitulah kata beliau. Hartanya terus bertambah hingga beliau menjadi salah satu orang terkaya di Madinah, bahkan di jazirah Arab.
    • Contoh Kekayaan:
      • Beliau memiliki ribuan unta, kuda, dan kambing.
      • Karavan dagangnya yang membawa barang-barang dagangan selalu berjumlah ratusan unta.
      • Emas dan peraknya berlimpah ruah.

IV. Puncak Kedermawanan dan Ketakutan Akan Hisab

Meskipun hartanya tak terhingga, Abdurrahman bin Auf bukanlah orang yang serakah atau cinta dunia. Justru sebaliknya, beliau adalah sosok paling dermawan dan paling takut akan pertanggungjawaban harta di akhirat.

  • Infak yang Spektakuler:
    • Saat Perang Tabuk, beliau menyumbangkan 200 Uqiyah emas (setara dengan sekitar 5 ton emas!) dan seluruh karavan dagangnya yang berisi 700 unta penuh bahan makanan untuk pasukan Muslim.
    • Beliau membebaskan banyak budak.
    • Beliau membiayai kebutuhan banyak janda, termasuk janda-janda Nabi Muhammad SAW.
    • Beliau sering bersedekah ribuan dinar di waktu yang berbeda.
  • Kisah Menarik Saat Mau Makan: Pernah suatu ketika disajikan makanan yang lezat kepada beliau, namun ia menangis tersedu-sedu. Ia teringat Mush'ab bin Umair, seorang sahabat yang syahid dan hanya memiliki sehelai kain kafan yang jika menutupi kepala, kakinya terbuka, dan jika menutupi kaki, kepalanya terbuka. Beliau khawatir, kenikmatan dunia telah diberikan kepadanya di dunia, sehingga tak ada lagi bagiannya di akhirat.
  • Wasiat dan Kewafatan: Meskipun sangat kaya, beliau hidup sederhana. Ketika wafat, beliau mewariskan harta yang sangat besar, termasuk 1.000 kuda, 3.000 unta, dan 10.000 kambing. Bahkan, setiap istri beliau mendapatkan bagian warisan yang nilainya sangat fantastis. Namun, yang paling mengesankan adalah bagaimana beliau senantiasa merasa cemas dan khawatir akan hisab (perhitungan) hartanya di akhirat.

V. Ibrah (Pelajaran) dan Keteladanan Abdurrahman bin Auf

Apa yang bisa kita ambil dari kisah beliau?

  1. Kemandirian dan Etos Kerja Tinggi: Jangan pernah malas atau menggantungkan diri pada orang lain. Carilah rezeki dengan halal dan usaha maksimal.
  2. Kejujuran dan Amanah dalam Berbisnis: Bisnis yang berkah adalah bisnis yang dibangun di atas kejujuran. Allah akan melipatgandakan rezeki bagi pedagang yang jujur.
  3. Kedermawanan Tanpa Batas: Harta adalah titipan. Semakin banyak kita bersedekah, semakin banyak pula keberkahan yang Allah berikan. Abdurrahman bin Auf membuktikan bahwa memberi tidak akan membuat kita miskin, justru semakin kaya.
  4. Sikap Zuhud (Tidak Mencintai Dunia Secara Berlebihan): Meskipun kaya raya, hati beliau tidak terikat pada dunia. Beliau selalu takut hisab dan selalu mendahulukan akhirat. Kekayaan hanyalah alat untuk beribadah dan berbuat kebaikan.
  5. Peran Harta dalam Islam: Harta bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk meraih ridha Allah. Dengan harta, kita bisa beribadah, membantu sesama, dan memperkuat umat Islam.

Penutup: Mengaplikasikan Keteladanan Abdurrahman bin Auf

Kisah Abdurrahman bin Auf adalah bukti nyata bahwa seorang Muslim bisa menjadi sukses secara duniawi tanpa melupakan akhirat. Beliau menunjukkan kepada kita bahwa kekayaan yang diberkahi adalah kekayaan yang digunakan di jalan Allah.

Mari kita coba meneladani beliau:

  • Jika kita seorang pelajar, jadilah pelajar yang giat dan mandiri.
  • Jika kita seorang pengusaha, jalankan bisnis dengan jujur dan jadikan kedermawanan sebagai bagian tak terpisahkan dari usaha kita.
  • Bagaimanapun keadaan kita, tanamkanlah selalu sikap syukur, kerja keras, dan kedermawanan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan kepada kita semua.


Pertanyaan Refleksi:

  • Setelah mendengar kisah Abdurrahman bin Auf, apa satu hal paling penting yang akan kalian terapkan dalam hidup kalian mulai hari ini?
  • Bagaimana kalian bisa menjadi "Abdurrahman bin Auf" di masa kini dengan kemampuan dan kesempatan yang kalian miliki?

Pilihan Tugas Siswa: Meneladani Abdurrahman bin Auf

Pilih salah satu tugas di bawah ini sesuai dengan minat dan kemampuanmu!

Tugas 1: Jurnal Refleksi Diri (Individu)

Tujuan: Mendorong siswa untuk merenungkan dan mengaplikasikan nilai-nilai Abdurrahman bin Auf dalam kehidupan pribadi.

Deskripsi: Buatlah jurnal refleksi diri yang berisi setidaknya dua paragraf. Dalam jurnal ini, jelaskan:

  1. Satu sifat teladan dari Abdurrahman bin Auf yang paling menginspirasi kamu (misalnya: kemandirian, etos kerja, kedermawanan, atau sikap zuhud).
  2. Bagaimana kamu akan menerapkan sifat tersebut dalam kehidupan sehari-harimu, baik di sekolah, di rumah, atau di lingkungan sosial. Berikan contoh konkret.

Contoh Awal (opsional): "Setelah belajar tentang Abdurrahman bin Auf, saya sangat terinspirasi oleh semangat kemandirian beliau. Ketika hijrah ke Madinah, beliau tidak ingin merepotkan Sa'ad bin Ar-Rabi' dan langsung meminta ditunjukkan pasar untuk berdagang..."


Tugas 2: Infografis "Profil Pengusaha Muslim Teladan" (Kelompok 2-3 orang)

Tujuan: Mengembangkan kreativitas, kemampuan meringkas informasi, dan kerja sama tim.

Deskripsi: Buatlah infografis digital atau manual (di kertas poster) yang merangkum poin-poin penting tentang Abdurrahman bin Auf sebagai pengusaha muslim teladan. Infografis harus mencakup:

  1. Biodata singkat Abdurrahman bin Auf.
  2. Perjalanan bisnisnya (dari nol hingga sukses).
  3. Contoh-contoh kedermawanan beliau yang luar biasa.
  4. Pelajaran-pelajaran penting (ibrah) yang bisa diambil dari kisahnya.
  5. Gunakan gambar, ikon, atau ilustrasi yang menarik untuk mendukung informasi.

Alat yang bisa digunakan: Aplikasi desain grafis (Canva, Piktochart, dll.) atau alat tulis dan kertas poster.


Tugas 3: Rencana Aksi "Gerakan Kebaikan Ala Abdurrahman bin Auf" (Individu/Kelompok Kecil)

Tujuan: Mendorong siswa untuk melakukan aksi nyata kedermawanan dan menumbuhkan jiwa sosial.

Deskripsi: Buatlah rencana aksi kecil untuk melakukan kebaikan atau kedermawanan di lingkungan sekitarmu, terinspirasi dari semangat Abdurrahman bin Auf. Rencana ini harus mencakup:

  1. Nama kegiatan: Apa nama aksi kebaikan yang akan kamu lakukan? (Contoh: "Sedekah Jajan untuk Adik Yatim", "Bakti Sosial Bersih-Bersih Masjid", "Penggalangan Dana Buku Bekas", dll.)
  2. Tujuan: Apa tujuan utama dari kegiatan ini?
  3. Target Penerima Manfaat: Siapa yang akan merasakan manfaat dari kegiatanmu?
  4. Langkah-langkah Pelaksanaan: Bagaimana kamu akan melakukan kegiatan ini? (Misalnya: mengumpulkan uang, membeli barang, membagikan, dll.)
  5. Perkiraan Dampak: Apa dampak positif yang kamu harapkan dari kegiatan ini?

Catatan: Kegiatan ini tidak harus besar, bisa dimulai dari hal-hal sederhana namun bermakna.


Tugas 4: Naskah Vlog/Video Pendek "Inspirasi Abdurrahman bin Auf untuk Generasi Milenial" (Individu/Kelompok 2-3 orang)

Tujuan: Mengembangkan keterampilan berbicara di depan umum, kemampuan membuat konten, dan menyampaikan pesan inspiratif.

Deskripsi: Buatlah naskah singkat (durasi 2-3 menit) untuk vlog atau video pendek yang menjelaskan mengapa kisah Abdurrahman bin Auf relevan dan bisa menginspirasi generasi muda (milenial/Gen Z) di era sekarang. Dalam naskah ini, sertakan:

  1. Pembukaan yang menarik.
  2. Poin-poin utama dari kisah Abdurrahman bin Auf yang kamu anggap paling relevan.
  3. Hubungkan keteladanan beliau dengan tantangan atau peluang di era modern (misalnya: startup, e-commerce, filantropi digital).
  4. Ajakan/pesan moral untuk penonton.

Tips: Kamu bisa menambahkan ide-ide visual atau adegan singkat dalam naskahmu. Jika memungkinkan dan ada fasilitas, kalian bisa mencoba merekam videonya.



 

Materi Pembelajaran: Meneladani Abu Dzar Al-Ghifari: Sang Zahid dan Pemberani Kebenaran


Pendahuluan: Siapa Abu Dzar Al-Ghifari dan Mengapa Kisahnya Penting?

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!

Sahabat-sahabatku yang luar biasa, hari ini kita akan berkenalan dengan seorang tokoh yang mungkin tidak sepopuler sahabat Nabi lainnya, namun memiliki tempat yang sangat istimewa di hati Rasulullah SAW: Abu Dzar Al-Ghifari. Beliau adalah sosok yang berbeda, seorang yang dikenal sangat zuhud (tidak mencintai dunia secara berlebihan), pemberani dalam menyampaikan kebenaran, dan memiliki hati yang bersih dari ketamakan harta.

Mengapa kisah beliau penting bagi kita di zaman sekarang? Di tengah hiruk-pikuk dunia yang serba materialistis, kisah Abu Dzar mengajarkan kita tentang makna sejati kebahagiaan, pentingnya keberanian untuk bersuara demi keadilan, dan bagaimana hidup sederhana bisa membawa ketenangan jiwa. Mari kita pelajari bersama!


I. Abu Dzar: Dari Perampok Menjadi Pemimpin Kaumnya

  • Nama Asli dan Asal Suku: Nama asli beliau adalah Jundub bin Junadah. Beliau berasal dari suku Ghifar, sebuah suku Badui yang tinggal di dekat Mekah dan terkenal sering melakukan perampokan di jalur perdagangan.
  • Pencarian Kebenaran: Sebelum Islam datang, Abu Dzar adalah pribadi yang gelisah. Hatinya tidak menerima penyembahan berhala yang dilakukan kaumnya. Beliau telah merasakan kerinduan akan kebenaran dan mencari Tuhan Yang Esa.
  • Berita tentang Nabi Muhammad SAW: Ketika mendengar tentang seorang Nabi baru di Mekah yang menyerukan Tauhid, hati Abu Dzar bergetar. Beliau mengutus saudaranya untuk mencari tahu, namun tidak puas dengan laporannya. Akhirnya, dengan tekad bulat, beliau sendiri yang berangkat ke Mekah.
  • Perjumpaan dengan Nabi dan Keislaman: Sesampainya di Mekah, beliau berhari-hari mencari Nabi Muhammad SAW hingga akhirnya bertemu. Tanpa ragu, beliau langsung mengucapkan syahadat dan masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Beliau adalah salah satu dari sedikit orang yang masuk Islam secara mandiri, bukan melalui ajakan sahabat lain.

II. Keberanian dan Penegasan Kebenaran di Mekah

  • Muslim Pertama yang Menampakkan Keislaman di Mekah: Setelah bersyahadat, Nabi Muhammad SAW menyuruh Abu Dzar untuk kembali ke kaumnya dan mendakwahi mereka. Namun, Abu Dzar yang pemberani justru berkata, "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku tidak akan kembali sebelum aku mengeraskan suaraku dengan Islam di Masjidil Haram!"
  • Mendakwahkan Islam di Ka'bah: Abu Dzar pergi ke Ka'bah, tempat di mana para kafir Quraisy berkumpul, dan dengan lantang menyerukan, "Asyhadu an laa ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah!" (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah!).
  • Siksaan dan Keberanian Tak Goyah: Kaum Quraisy marah besar dan langsung mengeroyoknya hingga pingsan. Namun, ketika sadar, beliau kembali menyerukan syahadat. Kejadian ini terulang beberapa kali, namun sedikit pun tidak menggoyahkan keimanannya.
    • Pelajaran: Kisah ini menunjukkan keberanian luar biasa Abu Dzar dalam menyampaikan kebenaran, bahkan di tengah ancaman. Beliau tidak takut celaan atau siksaan demi menegakkan kalimat Allah.

III. Sang Zahid: Hidup Sederhana dan Anti-Kemewahan

Abu Dzar Al-Ghifari dikenal sebagai simbol zuhud (asketisme) dalam Islam. Beliau sangat berpegang teguh pada sabda Nabi: "Janganlah harta itu terkumpul pada kalian melebihi kebutuhan."

  • Penolakan Harta Dunia: Beliau tidak tertarik dengan kemewahan dunia. Harta yang didapatkannya selalu langsung beliau infakkan atau sedekahkan hingga tidak tersisa. Beliau meyakini bahwa menimbun harta adalah hal yang tidak disukai Allah jika harta itu tidak digunakan di jalan-Nya.
  • Gaya Hidup yang Sangat Sederhana: Beliau hidup sangat sederhana, bahkan cenderung miskin menurut ukuran manusia. Rumahnya sederhana, pakaiannya seadanya, dan makanannya pun secukupnya. Beliau pernah berkata, "Aku tidak butuh dunia kecuali untuk makan sebatas agar aku bisa berdiri dan melakukan ibadah."
  • Khawatir Hisab Harta: Salah satu alasan utama kezuhudan beliau adalah rasa takut yang luar biasa akan hisab (perhitungan) di hari kiamat atas setiap harta yang dimiliki. Beliau khawatir jika terlalu banyak harta, akan memperpanjang waktu hisabnya dan menyulitkan jalannya menuju surga.
  • Kritik terhadap Pemimpin yang Bergelimang Harta: Abu Dzar dikenal berani mengkritik para pejabat atau orang kaya yang menimbun harta dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, terutama pada masa Kekhalifahan Utsman bin Affan. Ini yang membuatnya sering berselisih paham dengan penguasa saat itu.
    • Pelajaran: Zuhud bukan berarti tidak boleh punya harta, tapi hati tidak terikat pada harta. Harta hanya titipan yang harus digunakan untuk kebaikan dan ibadah. Abu Dzar mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dan merasa cukup, agar hati kita tenang dan tidak diperbudak oleh dunia.

IV. Pengasingan Diri dan Akhir Hayat yang Mulia

Karena kritiknya yang tajam dan sikapnya yang sangat idealis terhadap harta, Khalifah Utsman bin Affan meminta Abu Dzar untuk tinggal di luar Madinah demi menjaga ketenangan dan stabilitas sosial.

  • Tinggal di Rabadzah: Abu Dzar memilih untuk tinggal di sebuah daerah terpencil bernama Rabadzah bersama keluarganya. Di sana, beliau tetap menjalani hidup zuhud dan sederhana, tanpa mengeluh.
  • Wafat dalam Kesederhanaan: Ketika wafat, Abu Dzar tidak memiliki harta benda apapun. Bahkan kain kafan pun beliau tidak punya, hingga rombongan sahabat seperti Abdullah bin Mas'ud yang sedang lewat akhirnya mengurus jenazah beliau. Ini adalah bukti nyata kezuhudan beliau hingga akhir hayat.
  • Pujian Nabi Muhammad SAW: Nabi Muhammad SAW sangat mencintai Abu Dzar. Beliau pernah bersabda, "Tidak ada di bawah langit ini seorang pun yang lebih benar ucapannya daripada Abu Dzar." dan "Abu Dzar hidup sendiri, meninggal sendiri, dan akan dibangkitkan sendiri."

V. Ibrah (Pelajaran) dan Keteladanan Abu Dzar Al-Ghifari

Apa yang bisa kita ambil dari kisah beliau?

  1. Keberanian dalam Membela Kebenaran: Jangan takut untuk berbicara yang benar, bahkan jika itu tidak populer atau menghadapi tantangan. Namun, sampaikan dengan cara yang bijak.
  2. Kezuhudan dan Kesederhanaan: Harta hanyalah titipan. Jangan sampai kita diperbudak olehnya. Hidup sederhana membawa ketenangan jiwa dan menghindarkan kita dari hisab yang berat di akhirat.
  3. Hati yang Bersih dari Ketamakan: Abu Dzar mengajarkan kita untuk tidak tamak dan selalu merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan.
  4. Peduli Sesama dan Keadilan Sosial: Meskipun sangat menjaga diri dari harta, Abu Dzar sangat peduli terhadap orang miskin dan berani menyuarakan keadilan bagi mereka yang tertindas.
  5. Keteguhan Iman: Dari awal hingga akhir hayat, iman Abu Dzar tidak pernah goyah, meskipun menghadapi siksaan, pengasingan, dan kesulitan hidup.

Penutup: Mengaplikasikan Keteladanan Abu Dzar

Kisah Abu Dzar Al-Ghifari adalah pengingat bagi kita semua. Di dunia yang serba gemerlap ini, kita seringkali tergoda untuk mengejar materi sebanyak-banyaknya. Namun, Abu Dzar menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada banyaknya harta, melainkan pada ketenangan hati, kejujuran jiwa, dan keberanian untuk hidup sesuai prinsip kebenaran.

Mari kita coba meneladani beliau:

  • Berani menyampaikan kebenaran dengan hikmah.
  • Belajar hidup sederhana dan tidak terlalu terikat pada kemewahan.
  • Menggunakan harta (jika ada) untuk kebaikan, bukan untuk menumpuknya.

Semoga kisah ini menginspirasi kita semua untuk menjadi pribadi yang lebih baik, berani, dan zuhud.


Pertanyaan Refleksi:

  • Bagaimana menurutmu, apakah konsep zuhud Abu Dzar Al-Ghifari masih relevan di era modern ini? Mengapa?
  • Bagaimana cara kita menyeimbangkan semangat kezuhudan Abu Dzar dengan semangat kewirausahaan Abdurrahman bin Auf dalam hidup kita?

 

Pilihlah salah satu tugas yang paling menarik bagimu dan kerjakan dengan sepenuh hati! Selamat belajar dan berkreasi!

Pilihan Tugas Siswa: Meneladani Abu Dzar Al-Ghifari

Pilih salah satu tugas di bawah ini sesuai dengan minat dan kemampuanmu!

Tugas 1: Jurnal Refleksi: Makna Kesederhanaan dan Kebenaran (Individu)

Tujuan: Mendorong siswa untuk merenungkan nilai-nilai kesederhanaan, keberanian dalam menyampaikan kebenaran, dan sifat zuhud dalam kehidupan pribadi.

Deskripsi: Buatlah jurnal refleksi diri yang berisi setidaknya dua paragraf. Dalam jurnal ini, jelaskan:

  1. Satu sifat teladan dari Abu Dzar Al-Ghifari yang paling menginspirasi kamu (misalnya: kesederhanaan, keberanian membela kebenaran, menolak harta dunia, atau kepedulian sosial).
  2. Bagaimana kamu akan menerapkan sifat tersebut dalam kehidupan sehari-harimu. Berikan contoh konkret, seperti bagaimana kamu bisa lebih sederhana, atau bagaimana kamu berani menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik.

Contoh Awal (opsional): "Kisah Abu Dzar Al-Ghifari sungguh membuat saya berpikir ulang tentang pentingnya kesederhanaan. Beliau tidak pernah silau dengan harta dan selalu merasa cukup dengan apa yang Allah berikan..."


Tugas 2: Debat atau Diskusi Panel: "Harta dalam Islam: Ujian atau Berkah?" (Kelompok 3-4 orang)

Tujuan: Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berargumentasi, dan kerja sama tim dalam memahami konsep harta dalam Islam dari sudut pandang yang berbeda.

Deskripsi: Bentuklah kelompok dan persiapkan diri untuk debat atau diskusi panel dengan tema "Harta dalam Islam: Ujian atau Berkah?".

  • Kelompok pertama akan berperan sebagai "Tim Abu Dzar" yang menekankan bahaya penumpukan harta dan pentingnya kesederhanaan, serta prioritas akhirat.
  • Kelompok kedua akan berperan sebagai "Tim Abdurrahman bin Auf" (atau pandangan yang seimbang) yang menekankan harta sebagai berkah jika didapatkan secara halal dan diinfakkan di jalan Allah.
  • Setiap kelompok harus menyiapkan argumen-argumen yang kuat, bukti dari Al-Qur'an/Hadis, serta contoh-contoh relevan.
  • Guru atau salah satu siswa dapat bertindak sebagai moderator.

Fokus diskusi: Bagaimana menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, peran harta dalam Islam, dan bagaimana menghindari sifat tamak.


Tugas 3: Kampanye Kesadaran Sosial: "Hidup Sederhana, Berani Bicara Kebenaran" (Individu/Kelompok Kecil)

Tujuan: Mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kampanye positif, menumbuhkan jiwa kepedulian sosial, dan menyampaikan pesan inspiratif.

Deskripsi: Rancang sebuah kampanye kesadaran sosial di lingkungan sekolah atau media sosialmu (dengan izin dan pengawasan guru) yang terinspirasi dari prinsip-prinsip Abu Dzar Al-Ghifari. Pilih salah satu fokus:

  1. "Hidup Sederhana Itu Keren": Buat konten (poster digital, reel Instagram singkat, video TikTok) yang mengajak teman-teman untuk hidup lebih sederhana, tidak konsumtif, dan bersyukur.
  2. "Berani Bicara Kebenaran": Buat konten yang mendorong keberanian menyampaikan kebenaran (terutama di era informasi/hoaks), namun dengan cara yang bijak dan beradab.

Output:

  • Poster digital/fisik dengan slogan dan ilustrasi menarik.
  • Naskah singkat untuk video (durasi 1-2 menit) yang berisi pesanmu.
  • Presentasi tentang ide kampanye dan mengapa kamu memilih tema tersebut.

 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama